Minggu, 23 Desember 2012

BAHASA, MATEMATIKA, LOGIKA, DAN STATISTIKA SEBAGAI SARANA ILMU PENGETAHUAN





MAKALAH
Dipresentasikan untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Yang dibina oleh :
Prof. Dr. H. Imam Bawani, M .Ag
Dr. Ahidul Asror, M. Ag










Oleh :
ST. MUANIFAH
NIM.  08 49110130


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
STAIN JEMBER
DESEMBER 2011







DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B.     Masalah atau Topik Bahasan ............................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
A.    Bahasa sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan ............................................................ 3
B.     Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan .................................................... 7
C.     Logika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan ............................................................ 9
D.    Statistika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan ........................................................ 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 18
A.    KESIMPULAN .................................................................................................... 18
B.     SARAN ................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19













BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah manusia layak disebut makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur.
Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Phylosopy modern tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berfikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti; setengah tidak boleh lebih dari satu.
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi. Statistik berarti ilmu pengumpulan, analis, dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Dari uraian diatas, penulis akan membahas lebih jelas sesuai topik bahasan pada bab pembahasan berikut.
B.     Masalah atau Topik Bahasan
1.      Bahasa sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
2.      Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
3.      Logika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
4.      Statistika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
C.    Tujuan Penulisan Makalah
Untuk mengetahui bahwa Bahasa, Matematika, Logika, dan Statistika sebagai sarana Ilmu Pengetahuan, sehingga diharapkan penulis dan pembaca mendapatkan tambahan ilmu yang lebih luas dari pembahasan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bahasa sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.[1] Ernest Cassirer berpendapat bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum, yaitu makhluk yang menggunakan simbol.[2]
Wittgenstein menyatakan: “Batas bahasaku adalah batas duniaku”. Melalui pernyataan ini orang-orang yang berpikir (homo sapiens) akan bertanya dalam diri apa itu bahasa? Apa fungsinya? Bagaimana peran bahasa dalam berpikir Ilmiah?
Bloch and Trager mengatakan: a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates (Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.
Joseph broam mengatakan: bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Batasan diatas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang ada didalamnya:
1.      Simbol-simbol
Simbol-simbol berarti sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat antara awan hitam dan turunnya hujan, ataupun antara tingginya panas badan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Awan hitam adalah tanda turunnya hujan; panas suhu badan yang tinggi tanda suatu penyakit.
2.      Simbol-simbol vokal
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dalam sistem pernafasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan sipendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari yang lainnya. Dengan kata lain, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia merupakan simbol-simbol bahasa, lambang-lambang kebahasaan. Contoh: bersin, batuk, dengkur, biasanya tidak mengandung nilai simbolis, semua itu tidak bermakna apa-apa diluar mereka sendiri.
3.      Simbol-simbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer disini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya, untuk menyatakan jenis binatangEquus Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis cheval, orang Indonesia kuda, dan orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.
4.      Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer. Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerjasama antara bunyi-bunyi itu sendiri, didalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern. Misalnya; setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan intonasi).
5.      Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial.[3]
a.      Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Walaupun tampak perbedaan tetapi saling melengkapi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
1)      Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.
2)      Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
3)      Penyampaian pikiran dan perasaan.
4)      Penyenangan jiwa.
5)      Pengurangan kegoncangan jiwa.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut:
1)   Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan,  minum dan sebagainya.
2)   Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3)   Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.
4)   Fungsi Personal : seseorang mengunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
5)   Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6)   Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
7)   Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik dan emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.[4]
Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa kedalam bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan bahasa representasional. Bahasa ekspresif yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara; bahasa konatif yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara; dan bahasa representasional yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja selain pembicara atau lawan bicara.
b.      Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Ada dua hal yang harus diperhatikan masalah sarana ilmiah, yaitu pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir imiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Semua itu tidak terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir.
c.       Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama
  Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa agama. Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agama, pertama, bahasa agama adalah kalam Ilahi yang terabadikan dalam kitab suci. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorang atau kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks kedua ini merupakan wacana keagamaan yang dilakukan oleh ummat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.[5]
Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah, selalu dituntut secara deskriptif sehingga memungkinkan pembaca (orang lain) utuk ikut menafsirkan dan mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa agama selain menggunakan bahasa deskriptif juga menggunakan gaya preskriptif, yakni struktur makna yang dikandung selalu bersifat imperatif dan persuasif dimana pengarang menghendaki pembaca mengikuti pesan pengarang sebagaimana terformulasikan dalam teks. Dengan kata lain gaya bahasa ini cenderung memerintah.[6]
B.     Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua, tiga maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.
Penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.[7]
1.      Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.[8]
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling pada matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Contoh: menghitung “kecepatan jalan kaki seorang anak” kita lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu berjalan kaki seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat melambangkan hubungan tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y dan Z. Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat emosional.[9]
2.      Matematika sebagai Sarana Berpikir Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.
3.      Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, disamping hal lain seperti bahasa, metode dan lainnya.
Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.
C.    Logika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
Hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya dapat digunakan secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu.
1.      Aturan Cara Berpikir yang Benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:[10]
a.      Mencintai kebenaran
Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya;  manggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menyederhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala/perspektif, berpikir terkotak-kotak. Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan(jauh dari kemalasan, jauh dari takut sulit, dan jauh dari kecerobohan) serta diwujudkan dengan kejujuran, yakni disposisiatau sikap kejiwaan(dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginan/kecenderungan pribadi atau golongannya.
b.      Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan.
c.       Ketahuilah (dengan sadar) apa yang Anda katakan
Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan pikiran diungkapkan ke dalam kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran kedalam kata tersebut. Waspadalah terhadap term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, arti sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah pula perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda katakan.
d.      Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda.  Tetapi banyak kejadian dimana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik. Disinilah perlu dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Karena realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian ( klasifikasi). Peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek realitas prinsip klasifikasi yang sama.
e.       Cintailah definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau yang dimaksudkan. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas sesuatu. Hindari uraian-uraian yang tidak jelas artinya.
f.       Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu
Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat. Jika bahan yang ada tidak cukup atau kurang cukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan (membuat reserve) dalam kesimpulan.
g.      Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran)
Dalam belajar logika Ilmiah (scientific) Anda tidak hanya mau tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk tahu saja. Anda perlu juga;
1)      Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berpikir sesuai dengan hukum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Logika ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.
2)      Selanjutnya sanggup mengenali jenis-jenis, macam-macam, nama-nama, sebab-sebab kesalahan pemikiran, dan sanggup menghindari, juga menjelaskan segala bentuk dan sebab kesalahan dengan semestinya.[11]
2.      Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin”, hanyalah menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik daripada tak ada pertimbangan sama sekali. Misal; terdapat tiga puluh lima orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan tertentu, dan perusahaan yang akan menerima mempunyai psikolog harus menetapkan cara-cara pelamar dalam memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ahli psikologi tersebut membuat klasifikasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan dibidang matematika, stabilitas emosional, dan sebagainya. Ketiga puluh lima orang tersebut dibandingkan dengan pengetahuan yang berdasarkan klasifikasi kuat, lemah dan sedang, kemudian ditempatkan dalam urutan berdasarkan kemampuannya masing-masing.[12]
3.      Aturan Definisi
Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain.
Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah sesuatu yang menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri individu.
Definisi yang baik adalah  jami’ wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi).
D.    Statistika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
1.      Pengertian statistik
Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.[13]
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun data yang tidak berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.[14]
Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian;
1.      Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
2.      Sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.
3.      Kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun, atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
4.      Istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian sebagai “ilmu statistik”, ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang adadalam kegiatan statistik atau ilmu pengetahuan yang membahas (mempelajari) dan memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka;
a.       Pengumpulan data angka
b.      Penyusunan atau pengaturan data angka
c.       Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
d.      Penganalisisan terhadap data angka
e.       Penarikan kesimpulan (conclusion)
f.       Pembuatan perkiraan (estimation)
g.      Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.[15]
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.[16]
2.      Sejarah Perkembangan Statistik
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam Abad Pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan, maka dengan cepat telaahan ini berkembang. Konsep statistik sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
a.       Abraham Demoitre (1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error).
b.      Thomas Simpson (1757) menyimpulkan bahwa terdapat sesuatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.
c.       Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengembangkan konsep Demoivre dan Simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah konsep mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang.
d.      Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton (1822-1911) dan Karl pearson (1857-1936)
e.       Karl Friedrich Gauss (1777-1855) mengembangkan teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the standard error of the mean). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif Pearson menulis buku The Grammar of science sebuah karya klasik filsafat ilmu.
f.       William Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “student”, mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh. Desigent Experiment dikembangkan oleh Ronald Alylmer Fisher (1890-1962) disamping analisis varians dan covarians, distribusi –z, distribusi –t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of estimation).[17]
Di Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pendidikan statistika.
3.      Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Matematika, logika dan Statistika
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika, logika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.[18]
4.      Tujuan Pengumpulan Data Statistik
Tujuan ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu;
a.       Tujuan kegiatan praktis
Dalam kegiatan praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara prinsip, dimana konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif tersebut dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi.
b.      Tujuan kegiatan keilmuan
Kegiatan statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang konsekuensinya sama sekali belum diketahui. Dengan demikian konsekuensi dalam melakukan kesalahan dapat diketahui secara lebih pasti dalam kegiatan praktis dibandingkan dengan kegiatan keilmuan.
5.      Statistika dan Cara Berpikir Induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual, dimana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun dengan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
            Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis-premis yang dipergunakan adalah benar danprosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tapi kesimpulan itu mempunyai peluang untuk benar.
            Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistik membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.[19]
6.      Peranan statistika dalam tahap-tahap Metode Keilmuan
Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan keilmuan yang dapat dirinci sebagai berikut;
a.       Observasi
Statistik dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis yang akan dipakai dalam observasi.
b.      Hipotesis
Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis. Dalam tahap kedua ini statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan hasil observasi.
c.       Ramalan
Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang dikemukakan memenuhi syarat deduksi akan menjadi pengetahuan baru. Fakta baru ini disebut ramalan.
d.      Pengujian kebenaran
Untuk menguji kebenaran ramalan, mulai dari tahapan-tahapan berulang seperti sebuah siklus.
7.      Penerapan Statistika
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing dan masih banyak lagi.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bahasa mempunyai peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir.
statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun, atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
B.     Saran
Betapa ilmu filsafat itu rumit dan melelahkan tetapi penulis tidak perlu putus asa, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus asa dari Rahmat Allah Swt. Untuk itu penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Bagi pembaca mari kita sharing pengetahuan agar kita mendapatkan tambahan ilmu, khususnya bagian ilmu filsafat yang telah tersusun  dengan sedikit kemampuan kami.



DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Suriasumantri,Jujun S.1995. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami Bahasa Agama, Jakarta: Paramadina.
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun S. 2002. Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Poespoprojo, W. 1999. Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu,Bandung: Pustaka Grafika.
Suriasumantri, Jujun S. 2001.Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dajan, Anto. 2000. Pengantar Metode Statistik, Jilid I,Pustaka LP3ES Indonesia.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pratanto, Pius A. dan Al-Barri, M. Dahlan. 1994.  Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.



[1]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 175.
[2] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), 171.
[3]Amsal Bahtiar, Op cit, 180.
[4] Jujun S. Suriasumantri, op.cit, 175
[5] Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama (Jakarta: Paramadina, 1996), 75.
[6] Ibid, 77.
[7] Burhanuddin Salam, Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 134.
[8] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), 190.
[9]Ibid, 191.
[10] W. Poespoprojo, Logika Scientifika; Pengantar Dialektika dan Ilmu (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), 61
[11] Ibid, 64
[12] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), 148.
[13] Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000), 2.
[14] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 1
[15] Ibid, 4.
[16] Pius A. Pratanto, dan M. Dahlan Al-Barri, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 724.
[17] Jujun S. Suriasumantri, Op Cit, 213.
[18] Amsal Bakhtiar, Op Cit, 202
[19] Ibid, 206.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar